Kamis, 19 Juli 2012

cahaya

hallow sang perindu, perindu akan segala yang dirindukan, dan mampu merindukanmu, wahai perindu..
pernah terbesit dalam sedikit bagian otak dan hati untuk tidak merindukan lagi apa saja yang selalu kurindukan..
tapi cahaya itu, selalu membuatku rindu, rindu yang tak akan pernah bisa aku lupakan bagaimana rasanya merindu..

cahaya itu yang selalu mengantarku untuk merindu, ketika cahaya itu pergi, aku layu, melihat awan menjadi abu-abu, lalu hitam, gelap..
mungkin aku sudah mulai mencinta, karena aku sudah tak mampu membendung rindu..
tapi apakah ini cinta? ketika seorang merasa dan yang lain tak mampu merasa..
kata temanku, cinta itu omong kosong, susah sekali dicari..
mencintai cahaya itu, sama saja membiarkan bumi mengalami siang yang begitu panjang..
aku ini saya, saya yang bercinta dengan asa, berusaha merasakan cinta, tapi sulit menerima duka..
lalu temanku itu menjawab lagi, "duka sama dengan luka sama dengan suka tapi tetap satu rupa, tanpa muka"
"biarkanlah tanpa muka", kataku, "asal berhati, yang bisa merasa, berhati-hati, terlena, dan sengsara".
"sengsara terbunuh aksara", dia menutup pembicaraan.
dalam hati aku membalas, "terbunuh fatamorgana masa depan, berusaha bangkit, pura-pura berdaya, melihat asa menjadi hampa"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar